Rabu, 17 Desember 2014

Kumcer 1, Cerpen 1 : Aroma Masa Lalu

Sebenarnya inti dari kisah ini adalah seorang pedagang yang digusur lapaknya dan mendapat bantuan dari seseorang sebelum ia kembali ke kampung halamannya. Ya ya ya... kembali lagi Yogyakarta, mungkin itu intinya. Aroma Masa Lalu ya Yogyakarta he he he...


Ide ini muncul saat aku harus pulang pergi dari kantor ke Bogor dengan kereta (saat ini aku tinggal di Bogor setelah menikahi istriku 8 September 2012). Di akhir cerpen ada kutipannya sedikit mengenai kereta dan Mbak-mbak yang bertemu denganku dan ternyata salah naik kereta.

Maaf ya Mba, aku lupa waktu itu mbak mau turun dimana, tapi penjelasanku saat itu cukup baik kan dan Mbak bisa menegerti jalur yang aku tunjukkan. Kasihan sebenarnya, tapi untuknya pelayanan PT. KAI saat ini cukup baik dengan menempatkan beberapa petugasnya di beberapa sisi stasiun dan rangkaian KRL sebagai antisipasi situasi apapun.

Lagi-lagi, kenapa Yogyakarta? Setelah berkutat di setting Bandung dan Bogor pada buku Kumcer Topi Hitam, kini aku sentuh kembali Yogyakarta (setelah kunjungan terakhirku beberapa tahun lalu ke daerah tersebut bersama teman-teman kantor, dimana aku bertemu teman Facebookku untuk pertama kali di area Candi Borobudur), rasanya cukup banyak kesenangan dan kenangan yang ditawarkan kota ini kepadaku.

Sebenarnya ada 2 kota favoritku di pulau Jawa ini dan kerap sekali aku menyandingkannya di cerpen-cerpenku, yaitu kota Bogor dan kota Yogyakarta. Dulu aku berharap dapat tinggal di sana dan banyak mendapat inspirasi, dan kini aku bisa menempati salah satunya, Bogor. Yogyakarta sampai saat ini aku menyentuh lewat karyaku dulu, ya.

Yogyakarta dimana untuk pertama kalinya pergi jauh tanpa di dampingi orang tua atau kelurga dengan berbekal Rp.300.000,-, pergi selama 3 hari, bertemu dengan sahabat aku dari Riau yang kuliah disana dan menginap di Malioboro seharga Rp.45.000,- ditawar menjadi Rp.35.000,- permalamnya, di tahun 2004 bulan Agustus, tepatnya saat liburan 17 Agustus.

Dan yang terakhir (seperti yang tadi aku sebutkan), bersama teman-teman kantor beberapa tahun lalu, dan ini merupakan perjalan terjauhku bersama teman-teman kantor, dan perjalan terjauh terakhirku bersama Pak Djunaidi yang saat ini sudah tiada (atasanku di perusahaan tempatku bekerja saat ini). Bertemu dengan sahabatku disana, dan beli puluhan gelang bambu dan kayu murah sebagai cindera mata.

Rasanya pantas jika Yogyakarta aku jadikan kota kenangan dan sambil berharap bisa kembali berkunjung lagi kesana.

Ramadhan A.S

Cerpennya Klik di Sini : Aroma Masa Lalu

Tidak ada komentar: